"Idealnya untuk pencegahan kanker serviks, seorang wanita menjalani pap smear dan tes HPV sekaligus," kata ahli kandungan dan kebidanan RSU dr Soetomo Surabaya, dr Brahmana Askandar SpOG K-Onk, Minggu (13/12/2009).
Brahmana mengaku pap smear dan tes HPV sama-sama mendeteksi kanker serviks. Namun perbedaannya, untuk tes HPV mendeteksi virus HPV dalam serviks, sedangkan pap smear mendeteksi sel-sel abnormal dalam serviks.
"Namun bila harus memilih salah satu, lebih baik menjalani pap smear," terangnya.
Dia menjelaskan, pemeriksaan pap smear ada yang menggunakan cara konvensional. Namun memiliki beberapa kelemahan yakni lendir yang diambil dengan cyto brush (sikat kecil), tak semua menempel di kaca, tempat sample laboratorium. Akibatnya ada beberapa sel penting pada lendir serviks yang tak terdeteksi dan terbuang percuma.
Sedangkan pemeriksaan pap smear modern menggunakan metode liquid based. Teknik ini tak ada lendir serviks yang terbuang. Sebab lendir serviks yang diambil dengan cyto brush dimasukkan dalam cairan khusus.
Dijelaskan Brahmana, meski pasien dinyatakan sembuh dari kanker serviks, namun perlu menjalani pap smear tiap tiga bulan, hingga tahun kedua masa operasi. Setelah itu, pemeriksaan pap smear enam bulan sekali hingga tahun kelima. Tak hanya pemeriksaan klinis, tapi juga laboratorium. "Tujuannya, mengetahui apakah ada tumor marker yang masih hidup," paparnya.
Bila masih stadium dini yakni I A- II A, terapinya berupa pembedahan, radiasi. Sementara bila masuk stadium lanjut, maka terapinya lebih kompleks. Bila perlu rahim perlu diangkat jika pasien sudah memiliki anak. (Fatichatun Nadhiroh - detikSurabaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar