Senin, 28 Desember 2009

epidemiologi Kanker Serviks

  1. Deskripsi Penyakit

Kanker serviks adalah penyakit ganas yang pertumbuhan dan perkembangannya lambat. Perjalanan kanker serviks ini berawal dariproses yang berkaitan denagn pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa atau disebut proses metaplasia. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK (sambungan skuamo kolumnar) atau daerah transformasi. Daerah transformasi adalah daerah antara SSK asli dan SSk baru. Proses perubahan mini disebabkan factor etiologi dan factor resiko. Mula-mula terjadi perubahan sel menjadi dysplasia. Displasia adalah berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histopatologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan karsinoma. Displasia terbagi atas tiga tingkat, yaitu dysplasia ringan , sedang, dan berat. Displasia berat akan berubah menjadi karsinoma in situ, yang selanjutnya dapat berubah nmenjadi kanker invasif. Dengan kata lain fase prakanker disebut juga displasia merupakan perubahan premalignan (prakeganasan) dari sel-sel leher rahim. Pada fase inilah yang diharapkan didapatkan pada saat penapisan.Pengertian dan pemahaman mengenai abnormalitas hasil ini yang perlu ditekankan.


Karena displasia berat sulit dibedakan dengan karsinoma ,in situ, maka digunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) yang dinbagi menjadi NiS 1 untuk dysplasia ringan, NIS 2 ntuk dysplasia sedang, NIS 3 untuk dysplasia berat dan karsioma in situ. NIS dapat beregresi, menetap dan berkembang serta tumbuh menjadi invasif. Lebih dari 70 % displasia ringan akan kembali ke sel normal tanpa pengobatan. Akan tetapi displasia ringan dapat berkembang menjadi kanker. Displasia sedang dan berat harus diobati bila ditemukan oleh karena untuk menjadi kanker jauh lebih besar. Beberapa penelitian terjadi karsinoma servik pasca displasia adalah 12 % setelah 5 tahun, 18 % setelah 10 tahun dan 30 % setelah 20 tahun.


Pada Karsioma in situ perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsioma skuamosa namun membrane basalis dalam keadaan utuh. Pada karsioma ,infasif, lperubahan derajat pertumbuhan sel menonjol, besar dan bentuk sel bervariasi,inti gelap, khromatin berlkelompok tidak merata dan susunan sel makin tidak teratur. Sekelompok atau lebih sel tumor menginfasi membrana basalis dan tumbuh infiltrative ke dalam stroma.




Displasia serviks umumnya tanpa gejala, artinya bahwa kebanyakan wanita tidak waspada terhadap kondisi ini. Beberapa hal dibawah ini sebagai tanda dan gejala displasia dan kanker serviks yaitu :

1. Perdarahan bercak atau darah segar diantara atau selama periode menstruasi.

2. Perdarahan menstruasi yang lebih banyak dan lebih lama dari biasa.

3. Perdarahan setelah setubuh, pembersiahan atau saat pemeriksaan pelvis.

4. Nyeri selama setubuh.

5. Perdarahan setelah menopause

6. Peningkatan cairan vagina.


Keadaan ini biasanya sering diabaikan oleh seorang wanita oleh karena keadaan ini tidak mengkhawatirkan atau tidak serius, sehingga prekanker atau bahkan kanker tidak terdekteksi

dan tidak terobati. Servikal displasia terdeteksi melalui test diagnostik yaitu apusan paps. Karena

keefektifan test ini dalam menilai abnormalitas serviks, insiden kankers serviks menurun sampai 50 % sejak tahun 1960. Kematian menurun 70 % pada wanita yang sering melakukan test ini. Perlu dicatat bahwa apusan paps dapat gagal menemukan abnormalitas. Kira-kira 20 % angka kegagalannya. Test ini juga dapat overestimate. Olehkarena ini jika displasia ditemukan maka dilanjutkan konfirmasi dengan servikogram atau kolposkopi. Jika dicurigai terdapat abnormalitas pada serviks maka dilakukan biopsi.


  1. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko

Faktor Penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.




Faktor Resiko

  1. Pola hubungan seksual

Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebi tingginya resiko pada usia tersebut, yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996).


  1. Paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi HPV.


  1. Merokok

Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual. Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya mendoron pertumbuhan ke arah kanker.


  1. Kontrasepsi oral

Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 (Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.

WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan resko kanker serviks karena adanya bias dan factor confounding.

  1. Defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungna dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut akan enurunkan resiko.


  1. Social ekonom

Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah tersebut.


  1. Pasangan seksual

Peranan pasanganseksual dri penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

Secara umum factor resiko kanker serviks adalah:

1. Hubungan seksual pertama usia muda

2. Mempunyai banyak pasangan (atau berhubungan dengan pria yang mempunyai banyak

pasangan)

3. Berhubungan dengan pria yang menderita penile warts (kutil kelamin)

4. Infeksi virus herpes simplek dan papiloma

5. Wanita perokok mempunyai risiko 2 kali.

6. Kadar serum betakaroten dan vitamin A rendah. Nutrisi ini memperbaiki integritas dan

fungsi epithelial sel, beraksi sebagai antioksidan dan memperbaiki sistem imun.

7. Pemakaian Kontrasepsi oral dapat menurunkan jumlah kadar nutrien (vitamin C,

B12,B6, asam folat, B2 dan Zinc) yang terlibat dalam imunitas.


Tercatat bahwa 67 % penderita kanker serviks mempunyai sedikitnya 1 kadar vitamin

abnormal, 38 % terlihat multiple parameter nutrisional abnormal.


.

  1. Pencegahan

Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier Sgtrategi kesehatan masyarakat dalam mencegah kematian karena kanker serviks antara lain adalah dengan pencegahan primer dan pencegaan sekunder.

    1. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari diri dari factor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau menghindari factor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain-lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV pada kelompok masyarakat

    1. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks secara dibni sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk mwndeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap mear test dan telah dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap smear terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker serviks 50-60% dalamkurun waktu 20 tahun (WHO,1986).

  1. Peran Keluarga dalam Usaha Pencegahan

Peran keluarga dalam mncegah resiko terkena kanker serviks adalah dengan menerapkan pola hidup sehat untuk menghindari factor resiko, yaitu dengan cara :

1. Orang tua mengarahkan kepada anaknya agar menunda hubungan seksual sampai usia diatas remaja.

2. Setelah menikah, baik suami maupun istri tetap setia pada pasangannya dan tidak melakukan aktifitas seksual dendan selain pasangannya, menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan, menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan, menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital warts

Jika terdapat anggota keluarga yang terdiagnosa terjangkit kanker serviks, maka sesegera mungkin harus dilakukan pengobatan agar kemungkinan untk sembuh lebh besar.


1 komentar:

  1. ayu... saya boleh minta tolong kan..
    saya minta daftar pustaka materi ini ya...

    terimakasih

    BalasHapus